Pilihan

Selama 5 Tahun, Berikut Perkembangan Tingkat Kemiskinan Sulteng

192
×

Selama 5 Tahun, Berikut Perkembangan Tingkat Kemiskinan Sulteng

Sebarkan artikel ini
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng, Salmiati (tengah) saat menggelar siaran pers di Aula Kantor BPS Sulteng, Senin, (17/07/2017) (Sarifah Latowa)
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng, Salmiati (tengah) saat menggelar siaran pers di Aula Kantor BPS Sulteng, Senin, (17/07/2017) (Sarifah Latowa)

PALU,KabarSelebes.com – Selama Lima tahun terakhir, yaitu periode 2013-2017, meskipun secara absolut perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah (Sulteng) terlihat meningkat, namun secara persentase cenderung mengalami penurunan, walaupun di penghujung periode mengalami fluktuasi. Demikian hal ini disampaikan Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng Salmiati, kepada awak media, Senin, (17/7/2017).

Menurutnya, pada bulan Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebanyak 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), September 2013 sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), Maret 2014 sebanyak 392,65 ribu jiwa (13,93 persen), September 2014 sebanyak 387,06 ribu jiwa (13,61 persen), Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa (14,66 persen), September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen), Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen), September 2016 sebanyak 413,15 ribu jiwa (14,09 persen), dan bulan Maret 2017 sebanyak 417,87 ribu jiwa (14,14 persen).

Pada periode September 2016 – Maret 2017 penduduk miskin di Sulteng naik sebanyak 4,72 ribu jiwa atau naik 0,05 persen point. “Pada periode tersebut jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan bertambah masing-masing sebesar 2,08 ribu jiwa dan 2,63 ribu jiwa,” paparnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, periode September 2016 – Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,35 persen, yaitu dari Rp. 382.775,- per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp. 391.763,- per kapita per bulan pada Maret 2017.

Sedangkan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) periode September 2016 – Maret 2017, menunjukkan peningkatan dari 2,28 menjadi 2,55. “Hal tersebut mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin membesar artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauh di bawah garis kemiskinan atau ke arah yang kurang baik,” jelasnya.

Untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) lanjutnya, menunjukkan kecenderungan naik dari 0,56 pada periode September 2016 menjadi 0,72 pada periode Maret 2017. “Hal tersebut menunjukkan ketimpangan pengeluaran antar penduduk  miskin semakin melebar.” tandasnya. (Sarifah Latowa)