NasionalPilihan

IAIN Palu Telusuri  Datokarama, Sang Pembawa Islam di Sulawesi Tengah

1093
×

IAIN Palu Telusuri  Datokarama, Sang Pembawa Islam di Sulawesi Tengah

Sebarkan artikel ini
Rektor IAIN Palu Prof Dr H Saggaf S Pettalongi MPd saat menjadi pembicara pada seminar hasil penelitian menelusuri asal usul Datokarama.(Foto:ist)
SEMINAR IAIN
Rektor IAIN Palu Prof Dr H Saggaf S Pettalongi MPd saat menjadi pembicara pada seminar hasil penelitian menelusuri asal usul Datokarama.(Foto:ist

PALU, Kabar Selebes  – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah menelusuri salah satu tokoh pembawa ajaran Agama Islam di Kota Palu dan provinsi tersebut.

Salah satu tokoh yang menjadi sasaran telusuri IAIN Palu yakni Abdul Raqih yang dikenal dengan sapaan Datokarama oleh masyarakat di Sulawesi Tengah.

Rektor IAIN Palu Prof Dr H Saggaf S Pettalongi MPd mendukung langkah yang dilakukan oleh dosen di perguruan tinggi Islam negeri tersebut, untuk menelusuri salah satu pembawa ajaran Agama Islam Datokarama di Sulteng.

“Saya mendukung upaya yang dilakukan oleh dosen IAIN untuk melakukan penelitian terhadap tokoh pembawa ajaran Agama Islam,” ungkap Prof Saggaf S Pettalongi MPd, di IAIN Palu, Kamis (4/1/2018).

Prof Saggaf menilai penelitian itu jauh lebih baik, karena memandang dari dua aspek sosilogis dan teoritis untuk dalam penelusuran Datokarama.

BACA JUGA :  Sebut Tanah Tadulako Pusat Radikalisme Islam, Ketua PB PMII Dikecam

Namun, belum ada kesepakatan final dan tegas dari penelitian itu terkait  istilah atau nama yaitu ‘dato’ ataukah ‘datu’, atau ‘datuk’.

“Apakah istilah itu merupakan ungkapan atau penuturan asli masyarakat Suku  Kaili, atau penamaan itu ada kaitannya dengan masyarakat di Sumatera,” kata Prof Saggaf.

Menurut dia hal itu perlu di perjelas dan di pertemukan oleh peneliti atau penelusur dalam karya ilmiah dari hasil penelusuran asal – usul Datokarama.

“Saya kira ini perlu dan penting untuk dipertemukan. Karena itu perlu membentuk tim. Kita godok bersama-sama,” sebutnya.

Ia menguraikan kelengkapan, kejelasan dan penegasan dalam hasil penelitian itu, dapat menjadi alasan oleh IAIN Palu untuk menjadikan nama Datokarama atau Abdul Raqie sebagai nama perguruan tinggi negeri tersebut, dengan alasan ilmiah.

BACA JUGA :  BNNP Sulteng Bidik Istri Polisi Pengedar Narkoba

“Bila ini digunakan untuk nama perguruan tinggi, maka harus permantap dan perjelas serta pertegas hasil penelusuran sebagai alasan ilmiah untuk digunakan,” jelasnya.

Ia juga mengatakan penelusuran yang menjadi sebuah karya ilmiah, dapat berdampak terhadap peningkatan kualitas utamanya pemahaman terhadap Datokarama.

Hal itu juga akan menjadi literatur bagi kalangan mahasiswa dilingkungan IAIN Palu, dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah.

Pakar managemen pendidikan ini berharap agar hasil penelusuran dapat menjadi acuan untuk membangun kesamaan pandangan terhadap sosok Datokarama, yang saat ini masih beragam pandangan terhadap tokoh tersebut.

“Para dosen perlu melakukan dan  meningkatkan kajian, penelitian dan penelusuran ilmiah. Hal ini sebagai bentuk salah satu tugas akademisi,” ujarnya.

Penelusuran salah satu tokoh pembawa ajaran Agama Islam di Sulteng dilakukan oleh dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Nurdin SPd M.Com Ph.D, serta Dr H Harsul Maddini MPd.I Dosen Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan.

BACA JUGA :  Marak Pemabuk, Polisi Sita Ratusan Liter Miras di Ampana

Keduanya menggelar seminar hasil penelitian tema menelusuri asal usul Datokarama, di Auditorium IAIN Palu, Kamis.

Narasumber Rektor IAIN Palu Prof Dr H Saggaf S Pettalongi MPd, Guru Besar Untad Palu Prof Dr H Sulaiman Mamar M.A. serta tiga  pembahas antara lain guru besar Prof Dr H Zainal Abidin MAg.

Dalam kesimpulan paparan hasil penelitian antara lain disebutkan Datokarama berasal dari Koto Tangah dan hidup pada zaman Syekh Burhanuddin, maka dapat dipastikan Datokarama belajar kepada Syekh Burhanuddin sebagai satu – satunya yang mengajarkan Islam di Koto Tangah pada zaman tersebut.

Kedatangan Datokarama di lembah Palu disambut oleh Raja Besusu Pue Nggari, bukan oleh Raja Kabonena Pue Njidi.(MAD/ABD)