Musik

Tampil di IIMF, Culture Project Buktikan Musik Etnik Kaili di Kancah Internasional

627
×

Tampil di IIMF, Culture Project Buktikan Musik Etnik Kaili di Kancah Internasional

Sebarkan artikel ini

PALU, Kabar Selebes – Kelompok musik dengan tradisi etnik di Indonesia umumnya memiliki sedikit basis penggemar yang relatif kecil, namun meski musik ini terkesan terasing, nyatanya salah satu kelompok musik etnik dari Palu, Sulawesi Tengah, yaitu Culture Project banyak digemari di luar negeri.

Culture Project merupakan gagasan yang bermula dari seorang seniman arsitektur yang dibuat khusus untuk happening art di event teater dan pertunjukan kebudayaan. Culture Project itu sendiri dinahkodai oleh Umariyadi Tangkilisan yang mempersembahkan karya musikal yang bernyawakan tradisi lokal.

“kami terus berupaya untuk menciptakan karya melalui riset kebudayaan, dengan melakukan berbagai diskusi dari ruang ke ruang bersama tokoh adat Kaili dan para seniman lainnya,”ungkap Umariyadi Tangkilisan pada Selasa (26/9/2018) saat menggelar konfrensi pers di Sekretariat AJI Palu.

Pihaknyapun menyampaikan tugas utama Culture Project adalah menyampaikan pesan tradisi Kaili ke ruang popular dan menginterpretasi pesan kearifan suku Kaili ke dalam peralatan musik analog dan dijital.

Sementara itu, Culture Project Management, Rachmad Ibrahim menyampaikan saat ini karya single yang adalah berjudul Matahari, yang meneceritakan tentang melihat matahari sebagai sumber energi kelistrikan yang sangat potensial untuk daerah luar Jawa seperti Palu atau daerah lainnya di Indonesia yang masih mengalami pemadaman, bahkan belum dialiri listrik sama sekali.

BACA JUGA :  Anggota DPR RI Ajak Pemerintah Daerah Bersinergi

“musik yang dikemas oleh Culture Project menjadi perhatian acara music berskala Internasional. Kami mendapatkan undangan untuk mengisi acara di Montpellier Festival 2017 di Perancis dan Paris Music Festival 2018. Namun undangan tersebut, tidak dapat kita indahkan karena kami belum bisa memberikan jaminan ataupun garansi kepada Event Organizer untuk bisa hadir,”tutur Rachmad Ibrahim.

Ibrahim menyampaikan juga, untuk management Culture Project yang ada saat ini, sudah siap untuk tempur agar bisa diterima ditelinga masyarakat lokal Sulteng dan Indonesia.

Saat ini, Culture Project menyiapkan untuk ikut serta mewakili Sulawesi Tengah pada International Indie Music Festival 2018 (IIMF) yang bakal meramaikan Pekan Raya Indonesia (PRI) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang, pada 27 September hingga 7 Oktober 2018 mendatang.

Sekilas Culture Project

Culture Project adalah gagasan yang bermula dari seorang seniman arsitektural, Zulkifly Pagessa. Kelompok musikal yang dibuat khusus untuk happening art di event teater dan pertunjukan kebudayaan.

BACA JUGA :  Dukungan ke Jokowi-Ma'ruf Amin Terus Mengalir, BPN Sulteng Kampanye Terbatas di Morowali

Mulanya berfungsi untuk menghidupkan kembali karya-karya
almarhum Hasan Bahasyuan, seorang seniman dan budayawan Kaili yang sangat produktif di masa silam.

Panggung ke panggung dilalui, maka Umariyadi Tangkilisan mengambil

peran sebagai penulis sekaligus arranger. Lalu Culture Project perlahan menjadi suguhan musikal yang bernyawakan tradisi lokal.

Culture Project menghasilkan karya melalui riset kebudayaan,
melakukan berbagai diskusi dari ruang ke ruang bersama tokoh adat Kaili dan para seniman lainnya. Tugas utama Culture Project adalah
menyampaikan pesan tradisi Kaili ke ruang populer, menginterpretasi pesan kearifan suku Kaili ke dalam peralatan musik analog dan dijital.

Pada tahun 2018 Culture Project memberanikan diri untuk merekam semua karya ke dalam bentuk dijital. Terpanggil untuk membakukan karya yang bersifat kontemporer dan dinamis sesuai keperluan pertunjukan ke dalam garapan rekaman studio. Dengan harapan agar karya Culture Project dapat dinikmati seutuhnya oleh semua orang dengan semua jenis device dalam genggamannya.

Formasi

2008-2011 Umariyadi Tangkilisan (guitar, vocal), Zhul Usman (vocal), Rival Himran (bass, vocal), Nasir Umar (guitar,vocal), Ilo

BACA JUGA :  Rapat Pembentukan Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Tolitoli Dihadiri Tujuh Parpol

Larekeng (percussion), Eddie Muhidin (drum)

2012-2014 Umariyadi Tangkilisan (guitar, vocal), Zhul Usman (vocal), Ayub Langandong (bass, vocal), Juli Idin Landja (lalove), Ding Fatah (guitar), Ilo Larekeng (percussion), Teguh Indra (drum).

2015-2017 Umariyadi Tangkilisan (guitar, vocal), Zhul Usman (vocal), Ayub Langandong (bass, vocal), Rakiq Ramadhan (guitar, vocal), Agus Lanampe (percussion), Riyan Fauzi (guitar, vocal, percussion), Mohammad Rifai Hasyim (digital

percussion), Hidayat Makaranu (drum).

2018 Umariyadi Tangkilisan (guitar, vocal), Zhul Usman (vocal), Moh. Ayub Langandong (bass, vocal), Riyan Fauzi Ashari

(guitar, vocal, percussion), Hidayat Makaranu (drum),
Mohamad Rachmad Ibrahim (management), Shaiful Bahri

(photo, video), Halid Ilham (sound engineer).

Di band itu banyak cara pandang. Bawakan lagu sendiri atau lagu orang lain.

Musik kami mungkin belum banyak disukai masyarakat Palu. Tapi ternyata diluar sana justru disukai warna musik Culture Project.

Kalau saya berkarya saja. Tidak harus karya kita diapresiasi. Tapi pada akhirnya waktu berjalan, mendapat respon. Kita tidak pesimis. Mungkin hanya beda ruang dan waktu saja.(arjan/ptr)

Umaryadi Tangkilisan (kiri) saat jumpa pers Culture Project, Rabu. Foto Patar.