Ekonomi

BPS Sulteng Kehilangan Banyak Responden

803
×

BPS Sulteng Kehilangan Banyak Responden

Sebarkan artikel ini

PALU, Kabar Selebes – Bencana gempa buni, tsunami dan likuifaksi yang meluluhlantakkan Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi, membuat Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah kehilangan banyak responden. Bahkan pendataan tingkat hunian hotel ditiadakan karena perhotelan paling banyak mengalami kerusakan.

Kepala BPS Sulteng Anwar Faizal mengakui hal itu dalam jumpa pers bulanan, Kamis, 1 November 2018 di halaman kantor BPS Sulteng.

Menurut Anwar Faizal, pendataan untuk angka inflasi Oktober terpaksa dilakukan di dua pasar tradisional, Masomba dan Manonda. Sedangkan untuk pasar modern seperti Ramayana, tidak dilakukan pendataan karena dampak bencana.

BACA JUGA :  SMKN 2 Palu Buka Kelas Alfamidi

Hal senada, Kabid Statistik dan Distribusi BPS Sulteng Gamal Abdul Nasser mengatakan ada 16 hotel berbintang di Kota Palu merupakan responden untuk pendataan kunjungan wisatawan dan tingkat hunian kamar.

“Ini responden yang tidak bisa digantikan. Tetapi tidak beroperasinya, maka pendataan tidak dapat dilakukan. Meski demikian tetap dilakukan pemantauan sampai beroperasi kembali,” ujar Gamal.

Gamal mengatakan putusnya jalur distribusi dari pedesaan dan perkotaan, pedagang terbatas, sehingga pedagang yang menyediakan kebutuhan jumlahnya sedikit. Begitupula dengan barang yang tersedia juga masih sedikit.

BACA JUGA :  Enam Perempuan Bersaing di Final Panjat Tebing Buatan

“Padahal yang membutuhkan makanan tetap tinggi, bukan hanya dari warga Kota Palu juga dari luar, seperti relawan,” kata Gamal Nasser.

Gamal menyatakan, target bulan Desember jadi masa transisi menuju perbaikan distribusi.

Begitupula dengan responden di Pasar modern seperti Ramayana dan Hypermart. Keduanya tidak bisa lagi dilakukan pendataan. Sehingga petugas BPS hanya melakukan pendataan responden inflasi pada pedagang tradisional Masomba dan Manonda.

Inflasi Kota Palu Tertinggi

Gamal menyampaikan, angka inflasi Kota Paku periode Oktober 2018 menjadi yang tertinggi se-Indonesia sebesar 2,27 persen dengan laju inflasi 4,43 perasen.

BACA JUGA :  AKLI-APEI Sumbang Pengungsi 700 Paket Sembako

Komoditi penyumbang inflasi, nasi dengan lauk 0,49 persen, tarif angkutan udara 0,41 persen, ikwn bandeng 0,17 persen, sop 0,11 persen dan ikan selat 0,11 persen. Semen dan beras juga menyumbang inflasi. Begitupula untuk bahan petumahan juga naik pada Oktober. (patar)

Kepala BPS Sulteng Anwar Faizal saat jumpa pers bulanan, Kamis, 1 November 2018 di Palu. Jumpa pers digelar di halaman belakang gedung BPS karena kantor tidak layak digunakan pasca gempabumi lalu. Foto Patar