Sulawesi Tengah

ACT Resmikan 7 Kompleks Hunian untuk Pengungsi Sulteng

331
×

ACT Resmikan 7 Kompleks Hunian untuk Pengungsi Sulteng

Sebarkan artikel ini
Seorang penyintas memperlihatkan Humanity Card.(Foto: Patar)
ACT ICS-1
Seorang penyintas memperlihatkan Humanity Card.(Foto: Patar)

SIGI, Kabar Selebes – Berikhtiar memberikan hunian yang layak untuk para penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah, Aksi Cepat Tanggap membangun kompleks Hunian Nyaman Terpadu atau Integrated Community Shelter (ICS) pada awal Oktober 2018 lalu. Kini tercatat sudah ada tujuh kompleks ICS yang telah rampung dan mulai dihuni oleh para pengungsi Palu, Sigi, dan Donggala.

Berpusat di ICS Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, ACT meresmikan ketujuh kompleks ICS pada Selasa (8/1).

Acara tersebut dihadiri oleh Syuhelmaidi Syukur selaku Senior Vice President ACT, Paulina selaku Wakil Bupati Sigi, serta M. Alfatih Timur selaku CEO Kitabisa.com.
Syuhelmaidi Syukur mengatakan, ICS di Sulawesi Tengah tujuannya sama seperti pembangunan hunian sebelumnya, yakni sebagai upaya ACT dalam melayani korban terdampak bencana secara terpadu.

“Kami tahu Allah selalu berbuat total dalam mengurus setiap hambanya, tanpa terkecuali. Maka, ACT juga tidak boleh berlaku setengah-setengah. ACT mengerahkan semua kekuatan dan kemampuan sebagai bagian dari cara ACT dalam merespons dan menangani setiap masalah pascabencana secara cepat, total, dan tuntas. Tentu dengan manajemen kebencanaan yang total pula,” jelas Syuhelmaidi.

BACA JUGA :  Tolak Putusan KPU RI, Gerakan Kedaulatan Rakyat Juga Gelar Aksi di Depan KPU Sulteng
ACT ICS-2
Anak-anak sekolah di huntara yang dibangun oleh ACT.(Foto:PAtar)

Tujuh kompleks ICS yang diresmikan pada Selasa (8/1) meliputi ICS Duyu, ICS Ulujadi, dan ICS Habib Soleh di Kota Palu; ICS Lolu, ICS Sibalaya, ICS Soulowe di Kabupaten Sigi; serta ICS Wani di Kabupaten Donggala. Jumlah total yang sudah terbangun dalam semua kompleks itu adalah sebanyak 656 unit.

“Insya Allah, masa pemulihan pascabencana Sulawesi Tengah tidak hanya sampai di sini. Kami pun sedang dalam tahap pembangunan satu kompleks ICS lagi. Target ACT akan bangun 11 kompleks ICS, tiga yang tersisa sudah dalam tahap persiapan, tinggal eksekusi pembangunannya. Kami mohon doa dan dukungan dari semua masyarakat Indonesia agar ikhtiar-ikhtiar ini dapat terwujud,” tutur Syuhelmaidi.

Satu dari tujuh kompleks, ICS Desa Lolu, dilengkapi dengan sarana layanan logistik pengungsi. Bekerja sama dengan Global Wakaf, ACT menghadirkan juga Humanity Distribution Center (HDC). Syuhelmaidi menjelaskan, HDC hadir untuk menjadi sarana penopang masa pemulihan pascabencana, terutama bagi para warga terdampak yang berada di sekitar Desa Lolu.

BACA JUGA :  Wabup Canangkan Desa Lakuan Tolitoli Sebagai Desa Siaga Aktif

“Desa Lolu kami pilih sebagai lokasi HDC karena lahannya yang luas, menampung 160 unit shelter. Kondisi lingkungan dan masyarakatnya pun kondusif, di samping Desa Lolu juga menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi yang besar. HDC ini menjadi tahap pertama, sambil kita mempersiapkan aksi-aksi selanjutnya,” ungkap Syuhelmaidi.

Rizky Wihardi selaku Koordinator HDC memaparkan, nantinya HDC akan menjadi pusat layanan logistik untuk warga terdampak bencana yang berada di sekitar Desa Lolu. Sebelumnya, para penerima manfaat HDC juga mendapat Humanity Card sebagai alat tukar barang logistik. Setiap keluarga mendapat satu kartu untuk pengambilan satu kali per dua minggu.
“HDC di ICS Desa Lolu siap untuk melayani 4.200 keluarga atau setara 16.000 jiwa. Sehingga dihitung per hari, HDC mampu mendistribusikan 300 paket logistik secara gratis bagi para warga terdampak. Tahap pertama dalam pemulihan, insya Allah HDC akan hadir selama tiga bulan ke depan,” tambah Rizky.

BACA JUGA :  Ahmad M. Ali Minta Aparat Keamanan Bersihkan Faham Radikal di Indonesia

ACT akan terus berupaya mendampingi masyarakat terdampak bencana di Sulteng di masa pemulihan ini, baik dalam penyediaan hunian, pangan, hingga pembangunan fasilitas umum.

Wakil Bupati Sigi Paulina mengapresiasi dan berterimakasih atas pembangunan huntara oleh pihak ACT. Kebutuhan huntara di Sigi mencapai 9.000 unit dan baru 2.000 unit yang terbangun.

“Pemerintah Sigi tentu tidak mungkin bisa membangun huntara dengan anggaran APBD yang terbatas. Sehingga ketertlibatan pihak lain seperti LSM maupun NGO sangat diperlukan,” kata Paulina.

Paulina juga berpesan kepada masyarakat terdampak bencana dan menerima huntara agar menjaga dan memelihara dengan baik. Kita berharap dengan adanya huntara-huntara seperti ini dapat memperbaiki kehidupan masyarakat korban bencana dan bisa cepat bangkit untuk kehidupan yang lebih baik ke depan.

Dalam kesempatan itu, dilakukan penyerahan kunci dan kartu belanja “Humanity Card” secara simbolis kepada penerima manfaat. (Patar)