Pelesir

Kisah Bayi Akifa, Lahir Setelah Tsunami Ditinggal Ibunya dan Dititip ke Keluarga Pak Udin

1438
×

Kisah Bayi Akifa, Lahir Setelah Tsunami Ditinggal Ibunya dan Dititip ke Keluarga Pak Udin

Sebarkan artikel ini

Pagi ini Jumat (7/6/2019) usai melaksanakan tugas live report dari kantor, saya mencoba merapat ke kantor Basarnas Palu. Mungkin saja ada informasi terbaru perihal kecelakaan kapal di Banggai. Sekira pukul 09.30 WITA saya dan kameramen saya Ifan Fhano sudah di Posko Penyelamatan SAR di kantor Basarnas Palu di Jalan Elang Kec. Palu Selatan.

Beberapa saat disini, dua rekan lainnya Bang Dhani dari Rajawali TV (RTV) Hery Susanto Hery dari Radar TV (RTV), ikut bergabung. Hampir satu jam di Posko, belum ada perkembangan terbaru dari pencarian awak kapal yang hilang di Banggai. Kawan saya Dhani lalu mengajak ngopi di panti asuhan milik kawan Saharuddin yang letaknya tidak jauh dari kantor Basarnas Palu.

Kedatangan kami disambut hangat kawan Saharuddin yang biasa kami sapa Pak Udin. Dulu, Pak Udin bekerja sebagai wartawan di salah satu koran yang terbit di Jakarta. Sejak tahun 2018 dia memilih berhenti jadi wartawan dan fokus mengurus panti asuhannya yang diberi nama Sayang Anak.

“Mau minum apa Pak Abdee?” tanya Pak Udin.

“Apa saja Pak, kopi juga boleh,” kata saya berkelakar..

“Sama..Kopi saja,” timpal Mas Hery dan Ifal karena teman Saya Dhani ternyata sudah punya gelas kopi di meja.

“Ok Pak Abdee, sabar ya…” kata Pak Udin sambil berlalu.
Begitulah Pak Udin, selalu ramah dan hamble..

Sambil menunggu kopi, kami ngobrol di ruang tamu yang juga merangkap ruang kerja Pak Udin.

Tiba-tiba keluarlah Istri Pak Udin sambil menggendong bayi montok nan sehat. Bayi itu tenang dalam pelukan perempuan hampir paruh baya itu.
“Hebat juga Pak Udin dan istrinya, di umur yang tidak muda lagi tapi masih punya bayi perempuan,” gumam saya dalam hati.

“Umur berapa bayinya Bu?” tanya saya.
“Baru tiga bulan ini. Anak korban tsunami kasian ini,” kata istri Pak Udin.
Saya tersentak. Yang awalnya saya tidak terlalu tertarik, tiba-tiba langsung penasaran.

“Nama bayi ini Akifa Azzahra. Dulu ibunya titip sama kami dua minggu setelah lahir, karena ibunya harus kembali ke Kalimantan karena suaminya hilang saat tsunami di Pantai Talise Palu bulan september 2018,” Istri Pak Udin mulai berkisah.

Nama ibunya Evi, waktu gempa dan tsunami dia kost di sekitar pantai Talise sementara suaminya bekerja sebagai driver ojek online. Saat tsunami menerjang teluk Palu, Evi sedang hamil 3 bulan. Saat itu dia sedang berada di kost seorang diri. Ketika tsunami datang, Evi bersama penghuni kost lainnya menyelamatkan diri dan ikut mengungsi.
Hingga akhirnya dia sadar suaminya tidak kunjung kembali. Informasi yang dia dapat menyebutkan Suaminya ikut tersapu tsunami karena saat itu sedang mengantar penumpang di Anjungan Teluk Palu.

lima bulan di pengungsian, Evi akhirnya melahirkan bayinya di puskesmas di Palu Timur. Evi sedih karena sebatang kara di Palu sehingga bingung bagaimana membesarkan bayinya.

“Saat itu bayi ini baru dua minggu, ibunya datang kesini dan minta tolong menitipkan bayinya sementara karena dia akan kembali ke Kalimantan untuk bekerja mencari uang,” cerita Istri Pak Udin.

“Dia sendiri yang berinama Akifa Azzahra. Dia bilang jangan diberikan pada orang lain karena jika dia sudah punya uang akan kembali menjemput bayinya,” lanjutnya.

“Tapi saya bilang, begini saja, biarkan saya pelihara sampai dia besar, Kalau sudah besar baru datang ambil. Anggap saja saya dan istri saya itu neneknya,” timpal Pak Udin.

“Sudah banyak yang minta agar mereka memelihara Akifa. Tapi saya dan istri saya memegang amanah dari ibunya.. ditambah lagi Akifa sangat dekat dengan kami.. jadi semua kami tolak,” kata Pak Udin.

Subhanallah… Suami istri ini sangat luar biasa. Bahkan saya melihat keduanya memperlakukan Akifa seperti anaknya sendiri. Sang istri bahkan tak sedetikpun meninggalkan Akifa.

Pak Saharuddin dan istrinya memang mengelola panti asuhan yang kini dihuni oleh 19 anak. Setengah dari anak panti itu adalah korban gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu.

Mendengar kisah itu, teman saya Hery Susanto yang juga sektretaris Ijti Sulawesi Tengah langsung tergugah. Secara spontan dia meminta kawan lain membeli amplop dan mengisinya dengan uang.

“Ini ada sedikit sumbangan dari teman-teman jurnalis TV di IJTI. Kemarin untuk bantuan kemanusiaan gempa dan banjir, namun masih tersisa. Saya serahkan kepada Pak Udin untuk sedikit bantuan,” kata Herry.

Allahu Akbar.. Semua tak direncanakan. Allah yang maha membolakbalikkan hati manusia..

Sehat terus Akifa Azzahra… We Love You..
Selamat melaksanakan Shalat Jum’at..