Tutup
NasionalSulawesi Tengah

Abdullah Latopada: Jangan Ambil Hak Preogatif Tuhan

×

Abdullah Latopada: Jangan Ambil Hak Preogatif Tuhan

Sebarkan artikel ini
Abdullah Latopada. (Foto:Ist)
Abdullah Latopada. (Foto:Ist)

PALU, KabarSelebes.com – Kepala Kanwil Kemenag Sulteng H. Abdullah Latopada mengingatkan umat beragama di Sulawesi Tengah agar lebih cermat mewaspadai pola dan gerakan yang memiliki agenda terselubung. Ciri-cirinya kata Latopada antara lain membelokkan tugas dan fungsi agama sebenarnya dengan tujuan mengacaukan kehidupan beragama yang selama ini kondusif.

“Setiap agama diturunkan untuk membawa kedamaian dan kesejukan, bukan menciptakan ketakutan, konflik dan ujaran kebencian,” kata Abdullah Latopada saat membuka rakor penguatan fungsi agama dlm pembangunan di Mercure Hotel Palu, Selasa (5/12/2017).

Advertising

Oleh lanjut Latopada,  ketika kehadiran agama tidak membawa manfaat atau justru menjadi pemicu konflik, maka bisa dipastikan telah terjadi penyalahgunaan fungsi agama.

“Kalau sudah begini, kita jangan lantas menuding agama yang salah, karena dalam konteks ini agama hanya dijadikan alat untuk meraih tujuan menyesatkan,” kata Abdullah di depan ratusan tokoh agama, akademisi, pimpinan ormas dan pegiat dakwah se Sulteng.

Abdullah Latopada juga memberikan apresiasi atas hasil penelitian terbaru Setara Institute tentang Indeks Kota Toleran (IKT) yang menempatkan kota Palu di urutan ke-8 dari 10 kota besar paling toleran di Indonesia. Prestasi ini merupakan bukti tinggix kesadaran beragama warga kota kaledo.

Meskipun Poso bergolak, kata Abdullah Latopada, warga Palu tidak sedikitpun ikut terpancing. “Kita bisa buktikan bahwa konflik Poso berhenti di Poso, dan tidak melebar ke Palu,” ujarnya.

Contoh sederhana bagaimana warga Palu membangun kebersamaan dan toleransi bisa disaksikan di Ujuna. Di kelurahan yang berbatasan dengan sungai Palu ini, hampir seluruh suku, etnis dan agama di Indonesia bermukim di sini dengan tingkat pemahaman agama dan perilaku warga beragam. Ada yang awam dan nakal, tapi tidak sedikit warganya yang alim dan dermawan.

Menariknya kata Abdullah, sejak ratusan tahun lalu hingga hari ini, blm terdengar terjadi konflik antar suku dan agama di Ujuna. “Di masa remaja saya menjadi saksi betapa kuatnya kebersamaan dan ikatan persahabatan di Ujuna,” kata Abdullah sembari menyebut beberapa kawan akrabnya.

Ketua PWNU Sulteng ini mengajak seluruh komponen pegiat dakwah di daerah ini untuk mengubah strategi dakwah. Ia berharap jangan ada lagi praktek dakwah dengan paksaan, gemar menebar kebencian, merasa benar sendiri dan mudah mengkafirkan merek yang tidak sepaham. Sebab dakwah sejatinya adalah mengajak, bukan menghujat.

“Kita tidak boleh mengambil hak preogatif Tuhan dengan mengklaim diri paling benar dan merasa berhak masuk surga, sementara orang di luar kelompok kita divonis sesat dan masuk neraka,” tegas Abdullah.

Menurutnya umat Islam Indonesia sebaiknya berada di posisi moderat atau wasathiyah. Bukan Islam radikal dan tidak pula Islam liberal. Jika ingin aman, Abdullah yang juga mantan Kakanwil Kemenag Maluku Utara ini menyarankan untuk mengikuti paham keagamaan mayoritas yang telah lama hidup dan berkembang di daerah ini seperti Alkhairaat, NU, Muhammadiyah dan DDI.

Pandangan tersebut mendapat respon positif dari peserta rakor yg bertujuan menyerap aspirasi lembaga dan ormas Islam mitra kerja Ditjen Bimas Islam sebagai bahan dalam penyusunan program. “Kita berharap rakor ini bisa memberikan masukan dan solusi agar program dan kegiatan Bimais ke depan lebih berkualitas dan dirasakan manfaatnya,” tutupnya. (ABD/SOF)

Silakan komentar Anda Disini….