Tutup
Ekonomi

Komoditi Organik Belum Mampu Penuhi Kebutuhan Hotel dan Restoran

914
×

Komoditi Organik Belum Mampu Penuhi Kebutuhan Hotel dan Restoran

Sebarkan artikel ini

PALU, Kabar Selebes – Kalangan perhotelan kota Palu masih kesulitan untuk mendapatkan komoditi bahan olahan makanan organik. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tamu masih harus membeli yang non organik.

Hal ini dikatakan General Manager The Sya Hotel Alain John-John Siwi usai menandatangani MoU pemanfaatan komoditi organik dengan kelompok tani, Dinas Pertanian dan Hortikultura Sulawesi Tengah, Rabu.

Alain John mengaku selama ini masih menggunakan komoditas darii pasaran. Kondisi organik atau non organik, belum memfilter karena itu akan berdampak dengan harga. Kita sepakat dengan kelompok tani, menu unggulan, dan nantinya jadi alternatif bagi tamu.

“Harapan kami kalau harganya tidak terlalu mahal kita akan gunakan dan varietas akan dinaikkan harga. Tidak akan mempengaruhi tarif makanan hotel,” kata Alain John.

Kata Alain John lagi, setiap hotel menyisihkan 25-30 persen untuk pembelian bahan olahan makanan. Kalau pendapatan hotel antara Rp500 juta sampai Rp1 mikiar per bulan per hotel. Tiap hotel akan mengeluatkan Rp200 juta sampai 300 juta dalam membeli bahan makanan. Berarti dalam sebulan Rp 12 miliar.

“Bisa dihitung besarnya uang yang beredar untuk memenuhi kebutuhan makanan di hotel. Itu belum lagi restoran-restoran,” katanya.

Sayangnya, produk lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan perhotelan sehiingga masih mendatangkan dari luar.

Tamu-tamu mengakui kualitas menu di hotel yang ada di Palu. Yang paling populer adalah bawang goreng. Sehingga petani ditantang untuk menghadirkan komoditas lain yang bisa menyaingi popularitas bawang goreng.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Sulteng Tri Iriany Lamakampali mengatakan saat ini sudah terbentuk 37 kelompok tani bersertifikasi tanaman organik. Tahun ini juga sedang difasilitasi 13 kelompok tani akan memiliki sertifikasi.

Trie menyebutkan, dari tahun 2014 sampai 2017, baru tujuh kabupaten dan kota yang mengembangkan pertanian organik yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna dan Banggai.

Sedangkan daerah yang belum mengembangkan tanaman organik adalah Morowali, Morowali Utara, Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Tolitoli dan Buol.

Dengan nilai jual dua kali lipat merupakan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian mereka. Petani harus trus didorong untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Meski demikian, tambah Trie, dalam pengembangan komoditi organik ada beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi, pertama adalah keterbatasan pembiayaan sertifikasi, sarana prasarana dan biaya pendampingan.

Kedua, petani masih mengembangkan secara tradisional, penggunaan pestisida untuk mendapatkan hasil yang banyak tanpa mempertimbangkan keamanan pangan.

Ketiga, institusi seperti rumah sakit dan perhotelan belum sepenuhnya mendorong pemanfaatan komoditi organik.

Keempat, adalah belum optimalnya dukungan politis, dan kelima belum maksimalnya dukungan terknologi bagi pengembangan tanaman organik.

Untuk memaksimalkan pemanfaatan komoditi organik olahan makanan, dilakukan penandatanganan kesepakatan dengan RSUD Undata, RSUD Anutapura, Hotel Mercure, Hotel Best Western, Hotel Grand Duta, The Sya Hotel, Hotel Swissbel dan kelompok tani dari Desa Sidera.

MoU ditandatangani para pimpinan rumah sakit dan general manager hotel pada malam Anugerah Daya Saing 2018 Produk Pertanian di Atrium Palu Grand Mall.(ptr)

Malam Anugerah Daya Saing Produk Tanaman Pangan. Bawah, GM The Sya Hotel Alain John-John Siwi menandatangani MoU pemanfaatan komoditi pangan organik. (Foto Patar)

Silakan komentar Anda Disini….