Internasional

Flu Babi Baru Muncul di China, Akankah Jadi Pandemi dan Haruskah Kita Waspada?

554
×

Flu Babi Baru Muncul di China, Akankah Jadi Pandemi dan Haruskah Kita Waspada?

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Kabar Selebes – Para peneliti mengatakan telah menemukan sebuah ‘strain’ (galur) atau jenis baru virus flu yang bisa berpindah dari babi ke manusia dan berpotensi jadi pandemi baru di China.

Laporan ini sudah menjadi berita utama di berbagai media selama beberapa hari terakhir.

Bagi ilmuwan, penemuan tersebut bagus karena ditemukan awal, sehingga dengan segera bisa membuat para pakar untuk membuat tes khusus untuk mengetahui lebih banyak mengenai virus tersebut.

Namun yang perlu juga dimengerti jika sejauh ini tidak ada bukti adanya penularan antar manusia dari jenis virus baru tersebut.

Di saat virus tersebut ditemukan di tubuh para peternak babi di China lewat tes antibodi yang dilakukan sebelumnya, belum ada bukti jika virus ini mematikan.

Apa yang sudah diketahui sejauh ini?

China sudah memiliki sistem pemantauan flu yang bagus di seluruh provinsinya.

Mereka memantau flu babi, burung dan manusia, karena seperti yang ditulis oleh peneliti mereka “pemantauan sistematis virus flu di babi penting sebagai peringatan dini dan persiapan kemungkinan pandemi berikutnya”.

Dalam pemantauan terhadap flu babi dari tahun 2011 sampai 2018, para peneliti menemukan apa yang mereka sebut “genotype 4 (G4) dari flu burung Eurasian (EA) H1N1 yang barusan muncul.”

Dalam laporan penelitian, virus itu disebut G4 EA H1N1.

Virus itu sudah ada sejak tahun 2013 dan menjadi virus flu babi H1N1 yang menjadi masalah besar di China di tahun 2018.

Scientist David William in a blue lab coat, blue gloves and hair net looks through a microscope in a lab.
Mempersiapkan diri di tingkat lab penting dilakukan bila nantinya ada peningkatan kasus penularan virus baru tersebut. (Reuters: Stringer)

Bila manusia mengidap virus ini apa kemungkinannya?

Kita belum memiliki bukti yang banyak untuk mengetahui seberapa parah mereka yang mengidap virus baru tersebut.

Namun sejauh ini bisa dikatakan mereka yang pernah mengidap tidak merasakannya.

Dalam laporan yang sudah diterbitkan, tidak banyak disebut mengenai sampel penelitian, tidak ada pula laporan mengenai mereka yang meninggal karena virus.

Juga belum ada tanda-tanda virus baru ini sudah menyebar ke berbagai kawasan di China kecuali di tempat ditemukan.

China memiliki sistem pemantauan flu yang bagus dan sejauh ini kita tidak perlu merasa panik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan memantau dengan seksama perkembangan ini dan menambahkan “ini juga memberikan pertanda jika kita tidak bisa meremehkan hal berkenaan dengan flu”.

Bagaimana selanjutnya?

Mereka yang bergerak di bidang penelitian penyakit menular sekarang menjadi waspada akan adanya virus baru, meski tidak khawatir.

Jenis baru virus flu selalu muncul dari waktu ke waktu, dan semua pihak harus siap memberikan respons bila itu terjadi, dengan memperhatikan secara seksama kemungkinan penularan antar manusia.

Sepanjang yang sudah ada sejauh ini, tes yang tersedia untuk mengecek flu pada manusia belum bisa mengidentifikasi virus baru G4 EA H1N1 ini sehingga kita harus membuat alat uji baru.

Namun metode pengecekan flu A yang sudah ada bisa digunakan.

Artinya, tes tersebut bisa mengecek apakah seseorang terkena Influenza A (sebuah virus yang biasa ditemukan dalam musim flu), namun itu hanya penemuan umum, karena ada begitu banyak strains, atau galur, yang berbeda yang masuk dalam kategori virus flu.

Kita belum memiliki alat tes yang bisa menemukan jenis virus yang baru saja diidentifikasi di China.

Para ilmuwan bisa membuatnya dalam waktu segera.

Mempersiapkan diri di tingkat laboratorium bila nantinya terjadi peningkatan penularan adalah hal yang penting dan merupakan bagian dari persiapan menghadapi pandemi.

Sementara itu, pertahanan terbaik untuk menghadapi flu apapun adalah cuci tangan teratur, ambil jarak dengan mereka atau sendiri yang merasa tidak sehat.

Lihat artikel ini selengkapmya dalam bahasa Inggris di sini

Ian M Mackay adalah adjunct asisten professor di University of Queensland. Artikelnya sebelumnya dimuat di The Conversation. (fma)

Sumber : Detik.com