PilihanSulawesi Tengah

Perahu Rusak Hingga Turunnya Pendapatan Nelayan di Palu Akibat Cuaca Ekstrem

384
×

Perahu Rusak Hingga Turunnya Pendapatan Nelayan di Palu Akibat Cuaca Ekstrem

Sebarkan artikel ini
Tambatan perahu nelayan di Kelurahan Lere, Kota Palu. (Ilustrasi: Adi Pranata/KabarSelebes.ID)

PALU, Kabar Selebes – Tingginya gelombang akibat cuaca ekstrem yang belakangan terjadi membikin Nelayan di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) menunda sementara aktivitas melaut. Nelayan bahkan merugi sebab perahu rusak karena diterjang besarnya ombak.

Beberapa waktu lalu cuaca ekstrem telah diingatkan oleh BMKG akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Puncak musim penghujan diprediksi akan terjadi di penghujung bulan Januari 2021.

Dalam beberapa hari terakhir intensitas hujan yang tinggi setidaknya menyebabkan terjadinya banjir di pulau Kalimantan hingga banjir rob di Manado, Sulawesi Utara. 

Meski telah diingatkan, masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari hasil melaut mau tidak mau harus siap mengambil resiko akibat gelombang yang tinggi. Mereka sudah paham kapan waktunya bekerja dan kembali ke bibir pantai untuk beristirahat.

“Jadi kalau angin sudah berbalik arah, kami siap-siap untuk berhenti melaut, karena takutnya itu anginya mendadak kencang,” kata Wardin (42), nelayan di Kelurahan Talise, Kota Palu,  Senin (18/01/2021).

Wardin menuturkan akibat cuaca yang buruk nelayan beberapa hari belakangan tidak berani melaut dengan jarak tempuh yang jauh. Hal ini berbeda jika cuaca normal aktivitas menangkap ikan dilakukan hingga ke daerah Sulawesi Barat. 

“Sekarang melaut hanya sekitaran teluk Palu, kira-kira 200-300 meter (Dari bibir pantai),” ujarnya.

Penurunan penghasilan juga dirasakan akibat cuaca yang tidak menentu. Bahkan kata Wardin, pada Minggu kemarin nelayan di tempat itu sempat tenggelam akibat diterjang dhasyatnya ombak.

Beruntung kata dia nelayan bisa selamat meski mengalami kerugian material akibat perahu yang rusak diterjang tingginya ombak. “Perahunya sudah tidak layak dipakai, tapi alhamdulillah 4 orang nelayan bisa selamat semua,” tuturnya.

Wardin yang juga Sekertaris Kerukunan Nelayan Talise lebih lanjut menyatakan dari 135 nelayan di tempat itu, 40 orang di antaranya belum memiliki perahu. Dia bilang pasca bencana gempa 28 September banyak perahu milik nelayan yang rusak.

Belum lagi kata dia akibat pembuatan tanggul laut di sepanjang bibir pantai teluk Palu pasca bencana. Banyak perahu yang rusak akibat terkena tumpukkan batu tanggul saat terjadi badai

“Tahun lalu saja ada 5 perahu yang rusak karena sempat jadi badai hampir tiga kali, kalau ditotalkan hampir 3-5 juta kerugian (Untuk 1 perahu),” kata dia.

Demikian, kerusakan kata Wardin tidak akan terjadi, apabila nelayan oleh pemerintah segera dibikinkan tambatan perahu dan tanggul pemecah ombak di pesisir pantai.  (ap)

Laporan: Adi Pranata