PALU, Kabar Selebes – Makin meningkatnya kasus positif covid-19 di Sulawesi Tengah dibarengi dengan tingginya angka warga yang terpapar dan menjalani isolasi mandiri (isoman).
Sayangnya, banyak warga yang isoman ini yang nyaris tak bisa berbuat apa-apa. Karena rata-rata warga ini terpapar satu keluarga dalam satu rumah sehingga tidak memungkinkan untuk keluar rumah mencari bahan makanan.
Kondisi inilah yang membuat munculnya gerakan-gerakan sosial warga. Sejak awal bulan Agustus 2021, muncul gerakan warga yang diberi nama Roa Jaga Roa (dalam bahasa lokal berarti Kawan Jaga Kawan) di Kota Palu.
Roa Jaga Roa ini diinisiasi oleh sejumlah jurnalis Palu serta sejumlah aktivis dan warga. Awalnya, Roa Jaga Roa menangani warga yang terpapar covid-19 di Jalan Elang Palu yang kepayahan dan butuh oksigen. Warga ini tidak bisa dievakuasi ke rumah sakit karena kondisi rumah sakit yang penuh oleh pasien covid-19.
Warga bernama Ibu Intan ini tertolong berkat seorang fotografer lokal yang memiliki stok oxican yang semula untuk ibunya, dan dibawakan kepada sang pasien.
Sejak saat itu gerakan-gerakannya semakin meluas, banyak warga yang tertarik bergabung. Dimulai dari membuka donasi antar sesama warga, lalu melakukan pendataan kepada warga isoman dan akhirnya dimulailah membantu warga-warga isoman itu suplai logistic berupa makanan dan obatan.
Mulhanan Tombolotutu, mantan pejabat di Kota Palu yang okut menjadi relawan di Roa Jaga Roa menyebut gerakan ini bukan mengambil alih tugas pemerintah, tetapi mengisi kekosongan yang tidak tercover pemerintah
“Sebisanya Roa jaga Roa nantinya menjadi “tangan lain” yang membantu para pasien covid-19 di Kota Palu agar bisa tertangani. Mulai dari mendata, membantu rapid test dan swab, mencarikan rumah sakit dan ambulance hingga obat-obatan dan makanan,” kata Mulhanan, senior volunteer di Roa Jaga Roa, Jumat (20/8/2021).
Berawal dari whatsapp grup dengan member hanya 20 orang. Roa Jaga Roa memulai aksinya dengan meminta advis dan dukungan dari parapihak. Mulai dari tim dokter, pejabat pemerintahan, jurnalis hingga para relawan. Kini Roa Jaga Roa memiliki ratusan relawan dari berbagai profesi dan sudah menangani 700 lebih warga yang menjalani isoman.
Roa Jaga Roa makin mulai dikenal karena kegigihannya membantu pasien secara mandiri. Maka, terbentuklah unit-unit kerja mulai dari Unit Fast Respons, Unit Makanan, Unit Obat-Obatan hingga unit lain.
“Yang kita punya hanyalah ikhtiar, gerakan ini belum ada apa-apanya. Karena jika bukan kita yang bergerak, Kota ini akan kolaps. Kita semua akan terancam,” kata Mulhanan Tombolotutu
Yang mengejutkan, gerakan-gerakan serupa bermunculan di sejumlah daerah. Di Kabupaten Sigi muncul gerakan warga dengan nama Sigi Mosijagai (dalam bahasa lokal berarti Sigi Saling Jaga). Muncul gerakan Touna Bakubantu di Tojo Unauna, ada Poso Maroso di Kabupaten Poso dan Parigi Songulara (Parigi Satu Hati) di Kabupaten Parigi Moutong.
Seluruh gerakan-gerakan itu saling terkoneksi satu sama lain dengan semangat yang sama.
“Saya mengapresiasi gerakan keswadayaan yang dilakukan oleh masyarakat di Sulawesi Tengah. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri sehingga butuh bantuan dari masyarakat,” kata Gubernur Sulteng Rusdi Mastura, belum lama ini. (abd)
Laporan : Abdee Mari