TORIBULU, Kabar Selebes – Raut wajah Ziral tampak lesu. Beberapa butiran keringat di pipinya yang mulai di makan mentari. Mulut sedang asyik mengunyah nasi kuning. Sesekali remaja berusia 18 tahun itu, menyekat keringatnya dengan telapan tangan sebelah kiri.
Ziral bukan sendirian. Ia bersama 16 orang kawan yang usianya nyaris sebaya, tengah asyik rehat di perkarangan rumah warga di Desa Toribulu Selatan Kec. Toribulu Kab. Parigi Moutong.
Ya, pagi jelang siang itu, Ahad 08 Mei 2022 pukul 11:38 Wita, 16 kawan yang tergabung dalam Pemuda Alkhairaat Kec. Kasimbar, sedang menjalankan misi mulia penuh resiko, jalan kaki sejauh 125km menuju Kota Palu, ibukota Prov Sulawesi Tengah, tempat pelaksanaan haul ke-54 pendiri Alkhairaat, Sayyid Idrus bin Salim Aljufri atau dikenal dengan sebutan Guru Tua.
Mereka rehat makan siang, hasil pemberian warga yang rumahnya yang jadi jalur penjalanan mereka. “Makan dulu baru shalat,” kata Ziral tak sabar ingin menyantap.
Rupanya, perutnya sedari dua jam lalu berbunyi terus. “Dari jam sembilan tadi so rasa lapar. Tapi kami fokus untuk lanjut jalan. Karena tempat singgah so di tentukan di sini,” ucapnya sambil mengunyah.
Memang, aku Ziral, meski masih tergolong pagi, sinar matahari hari ini terasa menyengat. Untung saja, sejak start sedari halaman MTs Alkhairaat Donggulu hingga di tempat istirahatnya sejauh 30km tersebut, lebih banyak terdapat pepohonan rindang yang berjejer di pinggir jalan. “Alhamdulillah, bisa terbantu dari terkena sinar matahari langsung,” kata remaja yang baru saja menamatksn pendidikan di Madrasah Aliyah Alkhairaat Donggulu tersebut.
Toh, ujian pertama tersebut belum sepenuhnya hilang. Beberapa teman seperjuangannya berjalan kaki demi menapak tilas perjalanan Guru Tua itu, merasakan kaki kram dan nyeri.
“Kalo saya liat so ada yang jalannya kento-kento (pincang, red), saya suruh mereka istirahat sebentar. Bisa kami bukan sepatu untuk terkena angin sambil minum air. Sekitar 10 menit lah lamanya. Kemudian kami lanjut pelan-pelan,” tutur
Ketua tim jalan kaki Arfandi S.Lamaki,S.Pd.I saat di hubungi KabarSelebes.id via sambungan telepon seluler, sesaat tiba di tempat peristirahatan malam di kediaman Sekretaris Desa Ogolugus pukul 21:56 Wita mengisahkan, meski kadang tertatih-tatih, namun tidak tergambar di wajah timnya, raut wajah yang kelihatan putus asa.
“Teman-temannya semua tetap semangat, kebanyakan kami saling canda. Apalagi kalo ada warga kase dukungan. Wah, kami tambah semangat. Kadang saking semangatnya, langkah kaki jadi laju ba jalan,” ucapnya berkelakar.
Kalo sudah begitu, Arfandi hanya mengikuti semangat anak-anak alumni Alkhairaat kecamatan pecahan Ampibabo tersebut.
Bahkan, tak jarang ada saja warga abnaul khairaat yang mengajak mampir. “Biasanya kami menolak dengan halus. Kami katakan posko utama mash jauh. Jadi harus sampe sebelum gelap,” ucapnya menirukan bahasa penolakan yang ditujukan kepada warga.
Tak jarang pula, mereka di beri sedekah uang oleh beberapa warga. Ketika Arfandi dan timnya menanyakan nama sipenyumbang tadi. “Mereka haya biang dari hamba Allah. Alhamdulillah mereka tukus dan ikhlas,” kata Fandi (sapaan akrabnya) dengan suara tertahan karena sedih.
Ada juga ketika usai magrib, mereka di ajak singgah, lalu di suguh kue lebaran dan minuman berkarbohidrat oleh pemilik warung. Lagi-lagi, wanita sang pemilik warung enggan menyebutkan namanya. “Bilang saja, dibantu warga Alkhairaat,” ungkap Fandi menirukan perkataan wanita tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Desa Ogolugus Kec. Ampibabo Aswat S. Sawedi, mengaku gembira dikarenakan rombongan pemuda Alkhairaat Donggulu tersebut, mau mampir dan istirahat beberapa jam di kediamannya. “Saya senang sekali pak. Tidak bisa saya lukiskan. Mereka ini pemuda yang mulia. Sangat langkah anak-anak muda seperti mereka, mau berjuang dan mengingatkan kepada kami tentang betapa beratnya perjalanan Guru Tua dalam menyebarkan pendidikan Islam kala itu,” kenang Aswat yang juga alumni Pondok Pesantren Sabilul Khairaat Ampibabo.
Terlebih lagi sambungnya, sebagai keluarga besar Alkhairaat dirinya terpanggil untum membantu para pemuda tersebut. “Rasanya saya bersalah jika membiarkan mereka seandainya istirahat di pos-pos kambling atau di pinggir jalan,” lirihnya di ujung telepon.
Menurut rencana, Senin 09 Mei 2022 jam 03:00 subuh ini, ke enam pemuda Alkhairaat itu akan melanjutkan perjalanan sejauh kurang lebih 29 kilometer menuju Desa Toboli Kec. Parigi Utara. “Insya Allah nanti di jalan baru kami shalat subuh,” terang Fandi singkat menutup pembicaraan sebelum menuju tempat pembaringan. Bersambung… (hcb)
Laporan : Hasan Cl. Bunyu