Tutup
Sulawesi Tengah

Kisah Dua Jenderal di Buku Poso di Balik Operasi Madago Raya

96
×

Kisah Dua Jenderal di Buku Poso di Balik Operasi Madago Raya

Sebarkan artikel ini
Majen TNI Farid Makruf (ujung kiri) dan Irjen Pol (Purn) Abdul Rakhman Baso (ujung kanan) berpose bersama penulis buku dan Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Dody Triwinarto dan beberapa pejabat. (Foto : Abdee Mari)

PALU, Kabar Selebes – Buku berjudul “Poso di Balik Operasi Madago Raya” secara resmi diluncurkan.

Buku berkisah tentang operasi pemberantasan teroris di Kabupaten Poso ini diluncurkan di Hotel Best Western Palu, Selasa (24/10/2023).

Advertisment
Scroll hingga akhir

Buku dengan tebal 208 halaman ini adalah catatan perjalanan tugas dua jenderal yang bertugas memberantas aksi terorisme oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Adalah Mayor Jenderal Farid Makruf yang saat itu menjabat Komandan Korem (Danrem) 132/Tadulako dengan pangkat Brigadir Jenderal dan Irjen Pol (Purn) Abdul Rakhman Baso yang saat itu menjabat Kapolda Sulteng.

Keduanya bahu membahu berbagi strategi untuk menjalankan operasi dengan sandi Operasi Madago Raya.

Menurut Mayjen TNI Farid Makruf yang kini menjabat Panglima Kodam V Brawijaya, selama bertugas menjadi Danrem 132 Tadulako, dia dan Irjen Pol (Purn) Abdul Rakhman Baso membangun sinergitas TNI dan Polri di lapangan.

“Selama bertugas kami mewujudkan sinergitas TNI dan Polri dalam bentuk yang nyata di lapangan. Itu terlihat dimana pasukan kedua institusi benar-benar bersinergi tanpa ada sekat,” kata Farid Makruf.

Inilah yang menjadikan operasi Madago Raya sukses dan berhasil, lanjut Makruf.

Salah satu strategi kata Makruf, dia dan Abdul Rakhman Baso membagi para teroris dengan dua front.

Yang pertama front bersenjata yaitu mereka yang berada di atas gunung, yang kelompok bersenjata. Kemudian, kelompok tidak bersenjata, yaitu mereka disebut pabriknya teroris. 

“Mereka ini orang-orang yang bersimpati karena takut ataupun mereka yang terpngaruh dan ingin terus mengikuti ajaran mereka. Dan Alhamdulillah Bapak Kapolda waktu itu setuju dengan pendapat,” kata Makruf.

Hasilnya, 13 teroris yang menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) satu per satu berhasil ditangkap baik hidup maupun mati.

Sulitnya ruang gerak kelompok MIT Ali Kalora ini juga disebabkan strategi penempatan pasukan yang ditempatkan di 43 pos di kaki gunung Poso.

Hal itu dibenarkan oleh Irjen Pol (Purn) Abdul Rakhman Baso. 

Menurut Rakhman Baso, operasi ini berhasil disebabkan sinergitas kedua institusi.

Rakhman Baso bercerita bagaimana dia menemukan sandi operasi saat sedang istirahat di suatu tempat di Poso.

“Ada tulisan di suatu panggung tertulis, Madago Raya. Saya tanya staff saya, itu Madago Raya artinya apa? ternyata berarti baik hati dalam bahasa Pamona,” cerita Rakhman.

Rakhman Baso menyebut, dia dan Farid Makruf selalu berbagi strategi dan bahkan berdua turun langsung ke lapangan.

“Inilah yang ada di dalam buku yang secara nyata menggambarkan solidnya TNI dan Polri dalam bertugas. Ini yang menjadikan operasi itu berjalan lancar dan sukses,” kata Rakhman.

Buku ini ditulis oleh jurnalis kawakan Sulawesi Tengah Jafar G. Bua dan penulis E.A. Natanegara. 

Jafar G. Bua adalah jurnalis CNN Indonesia di Sulawesi Tengah dengan segudang pengalaman liputan termasuk liputan konflik Poso. 

Menurut Jafar, buku ini memang didedikasikan untuk masyarakat umum dimana kisah-kisah operasi TNI dan Polri di Poso bukanlah operasi yang ringan.

“Operasi pemburuan teroris di Poso itu tidak seperti yang dibayangkan orang. Medan yang berat dimana pegunungan dan hutan yang lebat membuat operasi harus dilakukan dengan strategi yang matang,” jelas Jafar.

Potret kedua jenderal TNI dan Polri ini kata Jafar bisa menjadi rule models bagi operasi-operasi lainnya yang melibatkan kedua institusi.***