PilihanSulawesi Tengah

Iwwadh, Lebaran Komunitas Arab Palu untuk merawat silaturahmi

26
×

Iwwadh, Lebaran Komunitas Arab Palu untuk merawat silaturahmi

Sebarkan artikel ini
Iwwadh atau lebaran arab selalu diwarnai dengan bagi-bagi uang kepada warga.(Foto: Abdee Mari)

PALU, Kabar Selebes – Sejumlah komunitas warga muslim keturunan arab di Palu Sulawesi Tengah, hingga kini masih melakukan tradisi saling mengunjungi yang disebut iwwadh atau lebaran arab.

Tradisi ini sudah dilakukan turun temurun sejak jaman penjajahan belanda, dan diwarnai dengan perang petasan dan membagi-bagikan uang. 

Tradisi iwwadh dilakukan satu hari setelah shalat idul fitri. Ratusan warga muslim keturunan arab ini, mulai mengunjungi satu rumah ke rumah jemaah yang lain. Di setiap rumah yang didatangi, jemaah membaca puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, serta memanjatkan doa bagi pemilik rumah.

Lebaran arab ini menjadi seru dan ditunggu-tunggu oleh para jamaah keturuan arab termasuk warga lokal. Yang membuat seru adalah perang mercun serta membagi-bagikan uang kepada anak-anak.

Uang pecahan lima ribu hingga sepuluh ribuan ini, dihamburkan dari lantai dua sebuah bangunan tua yang terbuat dari kayu. Rumah ini adalah rumah pertama orang arab yang datang ke Kota Palu.

Menurut Muchsin Ali Alhabsy, salah seorang warga keturunan arab Palu,  iwwadh ini adalah kebiasaan warga keturuan arab di Palu sejak jaman dulu. Kebiasaan ini dilakukan dengan tujuan agar silaturahmi tetap terjalin dari generasi ke generasi.

“Tujuan untuk menyambung tali silaturahmi yang putus supaya hubungan silaturhami kita ini setelah ramadan ini kembali baik,” kata Muchsin Ali Alhabsy, Minggu (23/4/2023).

Seperti tahun-tahun sebelumnya, iwwadh dimulai dari masjid Alkhairaat di jalan SIS Aljufri Palu. Para jamaah melaksanakan shalat dhuhur. Usai shalat dhuhur para jamaah langsung menuju ke rumah Ketua Utama Alkhairaat.

Selanjutnya, satu per satu rumah para jamaah di sepanjang jalan sis aljufri hingga ke jalan pue bongo, didatangi.

Jamaah keturunan arab ini, mulai dari anak-anak hingga orang tua, dengan wajah ceria saling bersalaman.

Iwwadh ini, merupakan satu-satunya peninggalan ulama Habib Idrus Bin Salim Aldjufri, yang dikenal dengan sebutan Guru Tua.

Iwwadh dalam bahasa arab berarti kembali. Saling mengunjungi dan memberi salam di setiap rumah yang didatangi, menurut mereka adalah untuk memfitrahkan diri  serta tempat untuk kembali bagi jamaah yang selama ini tidak pernah bertemu.

“Dilaksanakan pada hari kedua agar memberi kesempatan kepada jamaah berziarah di kalangan keluarga. Hari kedua dilaksanakan sebagaimana dilakukan orang-orang tua kami terdahulu,” kata Farid Javar Nassar, salah satu warga keturunan arab Palu.

Tradisi ini sudah berakar di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah, dan hingga kini masih  dilakukan. Bahkan di beberapa kabupaten, iwwadh ini diikuti oleh seluruh ummat islam, non arab.(abd)